Oleh : Muhaimin Iqbal
Di antara tanaman Al-Qur’an yang belum
pernah saya ulas di situs ini adalah Jahe. Literatur tentang jahe ini sangat
banyak dan yang tertua bisa dirunut sampai berabad-abad sebelum masehi. Di abad
pertengahan jahe adalah perlambang kemakmuran, pedagang-pedagang jahe adalah
orang-orang terkaya pada jamannya. Tidak
heran mengapa kemudian jahe menjadi salah satu buruan para penjelajah seperti
Marco Polo dan Vasco da Gama. Saat itu harga 1 kg jahe kurang lebih setara seekor
anak domba atau sekitar ½ Dinar !
www.dbagus.com |
Jauh sebelum itu, appresiasi terhadap
jahe lebih tinggi lagi. Said Al-Khudri menuturkan bahwa ketika Kaisar Romawi
mengirimi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam hadiah, hadiah tersebut
berupa sekarung jahe – yang kemudian oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam dibagikan ke para sahabat – satu orang satu potong.
Kebiasaan para raja memberi hadiah kepada
orang yang dihormati adalah dengan hal-hal yang dianggap terbaik pada saat itu,
jadi bisa dibayangkan apresiasi jaman itu terhadap jahe ini. Bisa Anda
bayangkan seandainya presiden kita saat ini Jokowi mau membagikan kepada
seratusan pemimpin negara yang akan datang ada acara KTT ASIA -AFRIKA tiga
pekan lagi - dengan masing-masing 1 karung jahe untuk satu kepala negara - jahe
akan bisa dengan cepat menjadiperhatian dunia !
Tingginya nilai jahe ini bahkan juga
digambarkan di Al-Qur’an sebagai salah satu campuran minuman surga “ Dan di
sana mereka diberi segelas minuman bercampur jahe “ (QS 76:17). Bayangkan
apresiasi yang satu ini, di tengah kenikmatan surga – yang sebagiannya bahkan
tidak bisa dibayangkan manusia di dunia – disana ada minuman bercampur jahe !
Pertanyaannya adalah mengapa sekarang
apresiasi terhadap jahe tidak setinggi yang dahulu ? petani-petani dan
pedagang-pedagang jahe belum menjadi perlambang kemakmuran, dan harga jahe per
kg-nya jauh sekali dibawah seekor anak
kambing ?
Analisa saya adalah hal ini antara lain
disebabkan oleh ketidak tahuan manusia jaman ini akan manfaat jahe yang
sesungguhnya. Bila manusia di jaman ini sadar akan manfaat jahe ini, mereka
akan berburu jahe sampai ke negeri-negeri yang jauh seperti yang dilakukan
Marco Polo dan Vasco Da Gama.
Apa alasannya kira-kira sehingga nantinya
manusia jaman ini atau jaman yang akan datang kembali berburu jahe ? Karena
jahe adalah salah satu obat alami yang nyaris bisa dipakai untuk mengobati
seluruh penyakit jaman ini.
Bersamaan dengan kesadaran manusia jaman
ini untuk kembali mengutamakan pengobatan yang alami, salah satu yang akan
diburu itu adalah jahe. Sejumlah riset telah mengkonfirm hal ini.
Industrial Toxicology Research Center di India telah membuktikan
sifat anticancer dari jahe. Seoul National University membuktikannya untuk
antitumor. L.M. College of Pharmacy India membuktikannya untuk Antidiabetic .
Riset-riset tersebut baru sebagian saja
yang membuktikan khasiat jahe ini untuk mengatasi penyakit-penyakit modern
jaman ini. Lebih detil tentang khasiat jahe ini nantinya akan mudah sekali
dipahami setelah hasil pengolahan kami dengan teknologi Big Data selesai, seperti yang sudah kami
lakukan untuk Olive Leaf Extract yang bisa di saksikan di www.olea.id.
Estimasi saya tinggal masalah waktu saja
sebelum masyarakat dunia akan kembali meng-apresiasi jahe – sebagaimana jahe
ini diapresiasi dahulu sebelum datangnya era industri – yang terbawa bersamanya
adalah industrialisasi obat-obat kimia, yang kemudian diketahui begitu banyak
efek sampingnya.
Lantas dimana peluang kita ? jahe bisa
hidup di ketinggian 0 sampai 2000 m di atas permukaan laut. Artinya mayoritas
kita di Indonesia bisa menanam jahe ini. Bahkan yang tidak memiliki tanah
luas-pun bisa menanam di polybag atau karung-karung dengan hasil yang sangat
baik. Satu karung media tanam bisa menghasilkan 20 kg jahe dalam masa tanam 8-
10 bulan.
Untuk apa setelah kita rame-rame
menanamnya ? ya minimal untuk kebutuhan kita sendiri dahulu. Nanti bersamaan dengan meningkatnya
produksi jahe ini secara nasional, meningkat pula kesadaran masyarakat dunia
akan sumber bahan obat herbal yang satu ini – maka kita bisa bersama-sama
banjiri dunia dengan jahe dari negeri ini.
Teknologi pengolahan jahe menjadi ekstrak
jahe-pun sudah kami kuasai, bila ada pihak yang ingin mengolah jahe ini menjadi
ekstrak jahe antara lain dapat bekerja sama dengan kami – agar kita tidak lagi
meng-ekspor jahe glondongan. Kita maksimalkan nilai tambahnya dahulu, baru
diekspor – itupun bila konsumsi dalam negeri belum cukup menyerap produksi jahe
yang ada.
Sebelum sekilo jahe menjadi semahal anak
domba, barangkali waktunya kini Anda juga belajar menanam jahe. Teknologi Big
Data kami yang insyaAllah akan kami share ke public dalam acara Vision and
Opportunity Sharing, Sabtu 4/4/15 ini – nantinya akan menunjang identifikasi
manfaat jahe tersebut dan sekaligus kampanye penyebar luasannya – untuk
mengembalikan marwah jahe di dunia.
Bagi Anda yang sudah bergelut di bidang
jahe ini dan ingin memasarkan produk Anda ke masyarakat yang belum sempat
menanam sendiri, silahkan datang bergabung juga di acara Sabtu ini untuk bisa
melihat peluangnya. Bila tidak bisa bergabung secara fisik-pun, Anda sudah bisa
memasukkan produk Anda dengan mengisikannya ke form yang saya beri link-ya ini
– insyaAllah akan kami pelajari untuk kemungkinannya menjadi salah satu produk
di Sale and Share Society nantinya.
Sumber: geraidinar.com
No comments:
Post a Comment