Salah satu yang membedakan antara
keuangan konvensional dan keuangan syariah adalah ketiadaan transaksi riba
dalam keuangan syariah. Transaksi riba yang paling banyak terjadi adalah
membungakan uang. Menganggap uang bisa berkembang dengan sendirinya seiring
waktu dengan cara dipinjamkan kepada orang lain.
Seseorang yang punya modal besar bisa
membungakan uang, dan secara otomatis uangnya bertambah, dan terus bertambah
seiring waktu tanpa harus melakukan apapun, dan tanpa menanggung risiko apapun.
Sedangkan pengguna modal tersebut, harus menanggung risiko kerugian jika
dagangannya tidak laku. Pemodal tak mau tahu, yang penting uangnya terus
berbunga. Dampaknya adalah si kaya akan bertambah kaya apapun yang terjadi
dengan ekonomi. Dan yang miskin akan bertambah miskin karena harus membayar
bunga walaupun bisnsinya merugi.
Hal ini tidak sesuai dengan prinsip
keadilan dimana seharusnya semua orang punya kesempatan yang sama untuk
berusaha mensejahterakan dirinya. Dengan sistem bunga, penguasa ekonomi adalah
penguasa modal. Bukan yang paling kreatif, yang paling kerja keras, atau yang
paling lihai menjual.
Selain itu, sistem bunga juga membuat
seseorang menjadi malas. Orang yang punya banyak uang, tidak perlu lagi bekerja.
Dia diam saja pun keuntungan yang pasti sudah bisa diperolehnya. Mental mau
untung sendiri tapi tak mau ikut tanggung risiko ini saya sebut dengan mental
deposan. Mental orang-orang yang hanya mau untung besar, pasti dapat dan tidak
tanggung risiko merugi.
Bagaimana solusi yang diberikan oleh
sistem keuangan syariah? Sistem keuangan syariah membedakan antara transaksi
sosial dan transaksi bisnis. Meminjamkan uang adalah transaksi sosial, karena
biasanya yang meminjam uang tentulah hanya orang yang kepepet perlu uang dan
tujuannya pun tentu untuk survival saja. Misalnya, pinjam uang untuk berobat,
pinjam uang untuk makan dan sejenisnya. Maka untuk pinjam uang, harus
dikembalikan dengan jumlah yang sama. Tidak boleh mengambil keuntungan dari
pinjamkan uang.
Ekonomi syariah mendorong semua orang
untuk berbisnis, minimal secara pasif dengan uangnya saja tidak dengan tenaga
dan waktunya. Yang punya modal uang tapi tak punya keahlian untuk bisnis
didorong untuk bersinergi dengan yang punya keahlian tapi tak punya modal. Maka
untuk yang perlu tambahan modal bisnisnya, pinjam uang bukanlah solusinya. Tapi
mengajak orang lain untuk berbisnis dengan cara berkongsi, jual-beli,
sewa-menyewa, dan lain sebagainya.
Jika yang diperlukan adalah modal uang
segar untuk membayar gaji dan biaya operasional lainnya. Atau perlu tambahan
modal dalam jangka panjang. Maka solusi paling benar adalah dengan cara
transaksi bagi hasil. Pemodal menempatkan dana, pengusaha mengolahnya dalam
bisnis. Untung dibagi bersama, rugi dibagi dengan batasan tertentu.
Jika perlu modal tambahan untuk pengadaan
barang tertentu. Misalnya perlu kendaraan, mesin produksi, bahan baku, dan
lain-lain yang bersifat nyata jangan pinjam uang. Karena pinjam uang bukan
transaksi bisnis. Solusi terbaik adalah dengan transaksi jual-beli. Minta
pemodal untuk membelikan barang tersebut di supplier, lalu kita membeli dari si
pemodal dengan harga cicilan yang disepakati. Mirip dengan pinjam uang lalu
bayar cicilan, tapi dengan jual-beli kita mengajak si pemodal untuk berbisnis,
bukan menjadi “petani bunga” saja.
Jika perlu tambahan modal untuk sewa
gedung kantor yang perlu dibayar sekaligus di muka. Bisa juga dengan cara
meminta pemodal untuk menyewakan gedung tersebut dari pemiliknya. Dan kita
menyewa dari si pemodal dengan cicilan per bulan agar lebih ringan. Jika pinjam
uang dengan bunga, pemilik uang tidak berbisnis apa-apa. Tapi dengan cara
sewa-menyewa, pemilik uang pun ikut berbisnis. Itu yang diinginkan ekonomi
syariah. Semua orang bisnis, bukan menjadi “petani bunga” saja.
Dengan membelikan barang atau menyewakan
manfaat, maka si pemodal ikut berbisnis dan menanggung kerugian. Begitu juga
dengan tanamkan modal untuk bagi hasil, si pemodal ikut memikirkan bagaimana
agar bisnisya menjadi maju karena jika bisnisnya merugi ia juga akan ikut rugi.
Keadilan inilah yang diharapkan. Pemodal tak cuma ongkang-ongkang kaki, tapi
minimal mendoakan partnernya agar bisnisnya menguntungkan.
Please, jangan ada bunga di antara kita.
Mari kita berbisnis saja.
Salam Berkah,
Ahmad Gozali @ahmadgozali
Sumber: gozali.id
No comments:
Post a Comment