Abu Hurairah meriwayatkan bahwa
Rasulullah SAW bersabda, Barangsiapa yang membantu menghilangkan satu kesedihan
(kesusahan) dari sebagian banyak kesusahan orang mukmin ketika didunia maka
Allah akan menghilangkan satu kesusahan (kesedihan) dari sekian banyak
kesusahan dirinya pada hari kiamat kelak.
Dan barangsiapa yang memberikan kemudahan
(membantu) kepada orang yang kesusahan, niscaya Allah akan membantu memudahkan
urusannya didunia dan di akhirat.
Dan barangsiapa yang menutup aib orang
muslim , niscaya Allah akan menutup aibnya dunia dan akhirat.
Sesungguhnya Allah akan selalu menolong
seorang hamba selama dia gemar menolong saudaranya. (HR. Muslim)
Di tengah acara sebuah komunitas
wirausaha Muslim terjadi sebuah dialog untuk membangun dan mencari solusi
ekonomi ummat, banyak hal yang dibahas tentang bagaimana membuka peluang usaha
dan perlunya bersaing secara profesional dengan para pengusaha ‘non Muslim’
yang saat ini begitu menguasai perekonomian negeri ini, diskusi lama lama
terkesan sangat teoritis, dan beberapa dari mereka terjebak kearah materialistik
cara pandangnya, padahal semua yang hadir adalah kaum muslimin juga, tapi
ternyata kami semua lupa, bahwa yang hadir tersebut memiliki warisan yang tak
ternilai harganya. Ternyata umat Islam sudah memiliki rumusan dan standar usaha
yang telah di bimbing oleh Rasul SAW dan dicontohkan oleh para sahabatnya ra,
bimbingan yang sederhana, bimbingan yang sangat mendarat dan manusiawi, penuh
fitrah, penuh sunnatullah, dan di-support dengan janji Allah. Allah melibatkan
diriNYa atas janjiNya.
Berdasarkan hadis shahih di atas, mari
kita urai dan tinjau agar mendapatkan makna dan rumusan agar urusan ujian
manusia maupun bisnis muslim ini dapat melibatkan dan tertolong oleh bantuan
Allah, sebagai berikut :
“Barangsiapa yang membantu menghilangkan
satu kesedihan (kesusahan) dari sebagian banyak kesusahan orang mukmin ketika
didunia maka Allah akan menghilangkan satu kesusahan (kesedihan) dari sekian
banyak kesusahan dirinya pada hari kiamat kelak”
Siapa sih manusia yang tidak mengalami
ujian dan cobaan dalam kehidupannya. Apalagi dalam menjalankan bisnis, ujian
naik turun itu menjadi suatu hal yang berulang terjadinya. Ketahuilah setiap
hamba Allah pasti mengalami masalah, mengalami kedukaan maupun kesukacitaan ,
tidak ada satupun yang terlepas dari seleksi Allah. Ujian dan cobaan kepada
hamba Allah tersebut untuk menguji siapa yang lebih baik amalnya.
Justru menurut hadist di atas, dan itu
adalah sunnah Allah, dikala kita mengalami kesulitan dan kesusahan dalam
menghadapi ujian kehidupan, dan kita berharap sekali untuk diangkat kesulitan
oleh Allah, justru salah satu solusinya adalah dengan membantu dan
menyelesaikan kesusahan hamba yang lain. konsep ini sangat sulit dipahami
dengan ilmu keduniaan, apalagi ilmu matematis. tapi inilah hukum Allah, inilah sunnatuLlah.
inilah cara agar Allah terlibat! Mulailah dengan cara ini, niscaya permasalahan
perekonomian umat akan tuntas.
Ingatlah sebuah contoh nyata yang pernah
diabadikan dalam kisah sahabat Abdurrahman bin Auf ra dengan dipersaudarakan
Saad bin Rabi ra dari Madinah.
Berkatalah Saad kepada Abdurrahman, Wahai
saudaraku, aku adalah penduduk madinah yang kaya raya. Silahkan pilih separuh
hartaku dan ambillah, dan aku mempunyai dua isteri, pilihlah salah satu yang
menurut anda lebih menarik,dan akan aku ceraikan dia supaya anda bisa
memperisterinya.
Jawab Abdurrahman bin Auf, “Semoga Allah
memberkati anda, isteri anda dan harta anda. Tunjukkanlah jalan menuju pasar.”
Kemudian abdurrahman menuju pasar,
membeli, berdagang dan mendapat untung besar, ketahuilah Allah terlibat! Allah
berkahi saling tolong menolong tersebut, saling mendahulukan kepentingan
saudaranya.
Pada suatu hari ia mendengar Rasulullah
SAW, “Wahai Ibnu Auf, anda termasuk golongan orang kaya, dan anda akan masuk
surga secara perlahan lahan. Pinjamkanlah kekayaan itu kepada Allah, pasti
Allah mempermudah jalan anda,” semenjak ia mendengar nasehat Rasulullah Saw
tersebut, ia mengadakan pinjaman yang baik, maka Allah pun memberi ganjaran
padanya dengan berlipatganda.
Ibnu Auf adalah seorang pemimpin yang
mengendalikan hartanya, bukan seorang budak yang dikendalikan oleh hartanya.
Sebagai buktinya, ia tidak mau celaka dengan menyimpannya. Ia mengumpulkannya
dengan santai dan dari jalan yang halal, tetapi ia tidak menikmati sendirian,
keluarga, kerabat saudara dan masyarakat pun ikut menikmatinya. Karena begitu
luas pemberian serta pertolongannya, orang orang madinah pernah berkata:
“seluruh penduduk madinah berserikat (menjalin usaha) dengan Abdurrahman bin
Auf pada hartanya. Sepertiga dipinjamkannya kepada mereka, sepertiganya
digunakan untuk membayar hutang hutang mereka, dan sepertiga sisanya diberikan
dan dibagi bagikan kepada mereka.”
Mereka saling mendahulukan kepentingan
saudaranya, Allah bukakan keberkahan, Allah bukakan peluang menguasai ekonomi
ummat, Pasar Madinah yang tadinya dikuasai yahudi berpindah ke tangan muslimin,
berawal dari sikap tolong-menolong (ta’awun) sesama muslimin, bermula dari
saling memecahkan masalah saudaranya, menjadi penguasa ekonomi saat itu, inilah
hukum Allah, inilah sunnatullah.
Inilah cara melibatkan Allah… bukan
dengan cara bersaing dengan pebisnis non-muslim melalui sistem yang dibuat oleh
non-muslim juga, mustahil akan tampil. Bila ingin ummat ini kembali lagi menuju
kejayaannya tidak pernah terjadi dan unggul melalui sistem buatan manusia.
Kalau mau tampil harus kembali bersandarkan kepada SunnatuLLah dan Sunnah
RasulNya.
Pembahasan ini membuat terhenyak para
wirausaha yang hadir, diskusi terhenti dan terhenyak diam, …semoga para peserta
diskusi berfikir ulang dan mulai menapak tilas sunnah yang pernah dilakukan
untuk membenahi kekuatan ekonomi ummat… Tolonglah sudaramu yang sedang
kesulitan…. ini adalah langkah awal menuju kejayaan. (MM)
Sumber: eramuslim.com
Dengan sedikit editan
No comments:
Post a Comment