Sunday, February 8, 2015

Unknown Risks : Mengapa Kedelai Lokal Lebih Sehat Ketimbang Impor




Oleh : Muhaimin Iqbal


Kita sering mendengar istilah you are what you eat – Anda tergantung dari apa yang Anda makan. Kalimat yang sering digunakan untuk iklan makanan ini sebenarnya bisa menjadi sangat menarik apabila kita pahami makna yang sesungguhnya. Bahwa kita sangat dipengaruhi oleh apa yang kita makan, maka Allah-pun memerintahkan kita untuk memperhatikan makanan kita (QS 80 : 24). Kalau saja kita bener-bener melaksanakan satu perintah ini, kita akan rela mati-matian untuk memperjuangkan swasembada pangan kita sendiri. Mengapa ?

sumber gambar : geraidinar.com


Ambil contoh kasus satu saja yaitu kedelai yang harus kita impor mayoritasnya karena kita tidak memprodukinya sendiri dengan cukup, apa dampaknya ? Karena kita tidak punya pilihan lain, maka kita telan begitu saja kedeleai impor tersebut tanpa ada upaya untuk mempelajari apa isinya.

Petani kedelai menjadi tidak bergairah karena kalah bersaing dengan kedelai impor, negeri ini harus mengorbankan trilyunan Rupiah setiap tahunnya untuk mengimpor kedelai. Perajin tempe dan tahu-pun menjadi tergantung pada komoditi impor ini, sewaktu-waktu harga melonjak hanya karena Rupiah melemah misalnya – sudah tidak ada yang bisa mereka perbuat.

Tetapi bukan hanya itu masalahnya, masalah terbesar dari kedelai impor adalah dampak resiko-resiko yang belum diketahui (unkown risks) dari mengkonsumsi kedelai impor tersebut – karena hampir pasti mayoritas kedelai impor kita adalah kedelai GMO – Genetically Modified Organism.

Tahun 1997 saya masih rajin mencari ilmu asuransi ke Eropa, saat itu tanaman GMO ini masih relatif baru. Pasarnya di dunia saat itu baru sekitar 3 %, saat itupun industri asuransi sudah mewaspadai resiko makanan GMO ini sehingga mereka menaruh exclusion – pengecualian atau tidak dijamin semua resiko yang terkait langsung maupun tidak langsung dari tanaman GMO ini. Ini menunjukkan betapa dasyatnya resiko  yang tidak diketahui dari makanan berbasis GMO ini.

Dalam dasawarsa terakhir pasar komoditi hasil pertanian GMO ini seperti tidak terbendung. Untuk kedelai, tiga produsen kedelai terbesar dunia yaitu Amerika, Brasil dan Argentina komposisi tanaman GMOnya masing-masing sudah mencapai 94 %, 88 % dan 98 %. Padahal produksi kedelai dari tiga negara ini mewakili lebih dari 80 % kedelai dunia. Jadi bisa dibayangkan, impor dari manapun hampir pasti kita akan ketemu kedelai GMO !


Nah sekarang apa masalahnya dengan GMO ini ? bukankan ini teknologi yang baik yang bisa meningkatkan produksi ? Alasan para pemegang patent-nya memang demikian, tetapi Allah Maha Tahu apa yang mereka rencanakan.

Maka pasti bukan kebetulan kalau terkait masalah ini, Allah sudah mengingatkan kita dengan petunjukNya sebagai berikut :


“Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menakjubkanmu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal ia adalah penantang yang paling keras. Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan keturunan, dan Allah tidak menyukai kebinasaan.” (QS 2 : 204-205)


Dua ayat tersebut sangat relevan dengan masalah swasembada pangan  yang kita hadapi saat ini. Pertama kita diberi tahu bahwa ada pihak yang menakjubkan kita ketika mereka bicara urusan dunia, siapa mereka ini ? siapa yang paling menakjubkan kita ketika bicara masalah dunia politik, ekonomi, budaya, teknologi dlsb. saat ini ? kita pasti tahu siapa-siapa mereka ini.

Lantas apa yang diperbuat oleh pihak yang menakjubkan ini di belakang kita ? mereka merusak tanaman dan keturunan ! bagaimana mereka melakukannya ?

Kedelai yang merupakan salah satu karya Allah Yang Maha Tahu, dianggap oleh mereka sebagai organisme yang kurang sempurna – maka mereka berupaya dengan teknologi yang mereka kuasai untuk ‘menyempurnakan’ kedelai ini. Diambillah gen dari bakteri yang namanya Agrobacterium tumefaciens, dan dimasukkanlah gen ini kedalam kromosom kedelai.

Karena yang diubah adalah ditingkat gen ini (bahasa latinnya gene dari genesis – yang artinya kelahiran/keturunan), maka kedelai yang sudah diubah gen-nya tersebut akan terbawa sampai ke anak keturunannya.

Bagaimana kalau kedelai tersebut dimakan manusia ? disitulah masalahnya. Ilmu manusia ini terbatas, kita tidak bisa tahu dampak dari setiap perubahan yang kita lakukan – apalagi kalau perubahan ini tidak didasari suatu petunjukNya.

Karena ketidak tahuan inilah maka industri asuransi-pun memasukkannya sebagai unknown risk yang patut dikecualikan dalam jaminannya. Bahkan di Eropa, mereka melakukan moratorium – menghentikan impor komoditi hasil rekayasa genetika  sejak 2003 – kecuali dengan peraturan yang sangat ketat, meskipun untuk pakan ternak sekalipun. Karena ternak ujungnya dimakan manusia, resiko yang ada di dalamnya akan terbawa pula.

Sepandai-pandai mereka menutupi suatu rahasia, akhirnya toh akan terbongkar juga. Untuk mengetahui rahasia karya mereka terhadap tanaman GMO ini-pun kita tidak perlu jauh-jauh dari teman-teman mereka sendiri.

Sebagaimana diinformasikan di Al-Qur’an  “…Permusuhan antara sesama mereka adalah sangat hebat. Kamu kira mereka itu bersatu sedang hati mereka berpecah belah…” (QS 59 :14)

Di Perancis ada suatu lembaga yang namanya Committee for Research and Independent Information for Genetic Engineering (CRIIGEN). Mereka inilah salah satu pihak yang berhasil melakukan penelitian independen – untuk mengetahui dampak dari makanan GMO. Video hasil penelitian mereka ini dapat Anda saksikan di link ini.

Tumor yang hampir sebesar perut tikus percobaan di video tersebut terjadi pada usia tikus selama 200 hari percobaan – atau kurang lebih 40 persen dari usia tikus rata-rata. Artinya kalau terjadi pada manusia kemungkinan dampaknya baru muncul pada rentang waktu sekitar 20-30 tahun.

Dunia baru mengkonsumsi secara massif produk GMO sekitar 10 tahun terakhir, di kita yang massif ini ada pada kedelai impor. Bila ada resiko yang kita belum tahu apa itu  – makanya diexclude oleh perusahaan asuransi – kemungkinan baru terjadi dalam  10-20 tahun yang akan datang.

Namun sebelum resiko-resiko itu bermunculan, harusnya kita bisa berbuat. Apa yang paling memungkinkan kita bisa lakukan ? ya kembali menyimak baik-baik perintahNya dalam surat ‘Abasa tersebut di atas. Yaitu memperhatikan makanan kita, terus berbuat mulai dari yang kita bisa. InsyaAllah kita bisa !.


Sumber: GeraiDinar.com

Dengan pengubahan judul

No comments:

Post a Comment